Catatan Perjalanan dalam Australian International Music Festival 2015
Oke, tulisan ini merupakan tulisan yang diproduksi pada tahun 2015, tentang rangkaian AIMF 2015. Kebetulan, sayah (iya, pake h) menjadi salah satu bagian di dalamnya. Tulisan ini bukan untuk menyombong-nyombong atau membangga-banggakan diri. Hanya sebagai catatan, bahwa pernah terjadi peristiwa luar biasa yang terjadi dalam hidup sayah.
Bagi Orkes Simfoni Universitas
Indonesia (OSUI) Mahawaditra, dan terutama bagi diri saya sendiri, dapat mengikuti festival Internasional
merupakan suatu pencapaian yang cukup besar. Pada tahun 2015, OSUI Mahawaditra
mendapat kesempatan untuk mengikuti Australian International Music Festival
(AIMF) 2015. Festival tersebut berlangsung dari 27 Juni 2015 hingga 3 Juli
2015.
Perjalanan OSUI Mahawaditra di AIMF
2015 berawal dari mimpi para kakak-kakak senior yang ingin meningkatkan performa
OSUI Mahawaditra tidak saja pada tingkat nasional tetapi juga tingkat
internasional. Rencana tersebut sudah dibicarakan sejak tahun 2012, namun baru
dapat terlaksana tahun 2015. Setelah perjalanan panjang, kami akhirnya dapat
mengikuti AIMF dan hal ini merupakan pengalaman yang sangat berharga.
OSUI Mahawaditra merupakan Unit
Kegiatan Mahasiswa yang berada di bawah Universitas Indonesia. Mahawaditra
(untuk lebih singkatnya disebut Mahawaditra saja) menyediakan tempat untuk para
anggota yang ingin bermusik dan berorganisasi. Keanggotaan dalam Mahawaditra
terbagi menjadi dua, yaitu anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif adalah
mahasiswa aktif yang masih kuliah di UI, sedangkan anggota pasif adalah alumni yang
sudah selesai masa kuliahnya. Dalam AIMF 2015, Mahawaditra menyertakan 50 orang
anggota aktif dan dua orang anggota pasif.
AIMF merupakan festival musik skala
internasional yang diselenggarakan di Sydney, Australia. Peserta AIMF berasal
dari berbagai negara, seperti Singapura, Cina, Indonesia, Australia, dan Amerika.
Festival musik ini selain menampilkan para peserta yang memiliki format orkes,
juga menampilkan paduan suara dan band. Aliran musik pada festival ini juga
beragam, seperti klasik, dan jazz. Dalam AIMF 2015, peserta tidak hanya
mendapat kesempatan untuk tampil di panggung-kelas internasional, tetapi juga
mendapat kesempatan untuk workshop bersama para professionals clinican.
Selain itu, AIMF juga mengapresiasi para peserta dengan memberikan
penghargaan yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Bronze, Silver,
dan Gold. Penghargaan ini ditentukan oleh satu penampilan dalam segmen Adjudicated
Performance.
Jadi, inilah perjalanan saya dan
OSUI Mahawaditra selama AIMF 2015.
Hari Pertama
Perjalanan AIMF 2015 dimulai dari
tanggal 27 Juni 2015. Pada hari pertama ini, kami mendapat kesempatan bermain
di salah satu tempat pertunjukan terbaik kelas dunia, Sydney Opera House (SOH).
Penampilan pertama ini menjadi salah satu penampilan yang paling mendebarkan
sekaligus membanggakan. Tentu saja mendebarkan karena kami, orkes mahasiswa
amaitr, tampil di tempat pertunjukan tingkat dunia. Hal ini juga membanggakan
karena kami, yang bukan berasal dari kampus jurusan musik, bisa bermain di
panggung sekelas SOH.
Kami membawakan empat lagu, yaitu Pirates
of The Carribbean, From the Break of Morning, Es Lilin (Warung Pojok), dan
Engklek. Dua lagu terakhir merupakan lagu khas Indonesia dari daerah Sunda.
Kami juga menggunakan angklung dan gendang dalam penampilan pertama kami ini.
Sambutan dari penonton sangat meriah dan positif, terutama pada lagu Es
Lilin (Warung Pojok) dan Engklek.
Seperti yang tergambar dari
judulnya, Es Lilin (Warung Pojok) memiliki nada-nada khas daerah Sunda.
Dalam lagu ini, kami menggunakan gendang sebagai salah satu instrumen kami.
Menurut saya, ini salah satu bagian yang paling membanggakan karena dapat
menggabungkan alat musik khas Indonesia dengan orkes simfoni yang alat musiknya
berasal dari negeri Barat. Selain itu, Engklek juga menggunakan salah
satu alat musik khas daerah Sunda, angklung. Perpaduan antara orkes simfoni dan
angklung membuat musik yang kami buat pada malam itu disambut meriah. Kami
sendiri, saya pribadi terutama, tidak menyangka akan mendapat sambutan seperti
itu. Bangga dan senang serta terharu dan lelah bercampur menjadi satu.
Hari Kedua
Hari kedua, kami mendapat kesempatan untuk workshop bersama salah satu konduktor ternama, yaitu Steve Williams di Sydney Conservatorium of Music. Steve Williams adalah salah satu konduktor profesional yang berasal dari Australia. Ia adalah Chief Conductor Instrumental at The Arts Unit. Workshop dilakukan sekitar pukul 18.30 waktu setempat dan berlangsung kurang lebih selama 45 menit.
Hari kedua, kami mendapat kesempatan untuk workshop bersama salah satu konduktor ternama, yaitu Steve Williams di Sydney Conservatorium of Music. Steve Williams adalah salah satu konduktor profesional yang berasal dari Australia. Ia adalah Chief Conductor Instrumental at The Arts Unit. Workshop dilakukan sekitar pukul 18.30 waktu setempat dan berlangsung kurang lebih selama 45 menit.
Steve
membawakan
workshop dengan baik dan ramah. Saya seperti bisa merasa semangat saya
lebih besar lagi dan juga tentu saja workshop
tersebut memberikan pelajaran yang dapat membuat kami, saya terutama, lebih
baik lagi. Satu hal yang saya ingat, ia berkata "Hari ini, Mahawaditra
merupakan orkes terbaik yang saya berikan clinic". Kira-kira begitu
pujian yang dikatakan Steve. Tentu itu merupakan pujian yang tidak main-main
karena datang dari mulut konduktor profesional.
Dari workshop tersebut, salah satu nilai yang diajarkan oleh Steve
adalah tidak ada suara yang tidak
penting di dalam orkes.
Hari
Ketiga
Hari Ketiga, 29 Juni 2015, kami kembali
mendapatkan workshop dari konduktor ternama, yaitu Ralph
Hultgren. Masih di tempat yang sama seperti workshop
kemarin, kali ini kami membahas salah satu lagu yang akan dibawakan esok
hari, In a Persian Market. Ralph
mengatakan bahwa bermain musik tidak hanya sekadar memainkan alat musik yang
kita miliki, tetapi juga "mendengarkan" alat musik kita bermain.
Selain itu, tentu saja bermain musik juga harus datang dari dalam hati kita
sendiri.
Salah satu hal yang paling saya
ingat adalah bagaimana membuat dinamika pelan menuju keras dan sebaliknya
dilakukan. "Bayangkan ketika kamu menggendong bayi," Ralph berkata.
“Membuat dinamika seharusnya sangat
perlahan-lahan sama halnya ketika kau sedang mengangkat bayi secara
perlahan-lahan. Begitu pula ketika membuat dinamika suara dari keras ke pelan,”
Ralph melanjutkan.
"Tidak mungkin kamu membanting
bayi tersebut, kan?" Kata Ralph, "Maka kamu harus meletakkannya
kembali secara perlahan-lahan."
Workshop tersebut dilakukan pada pagi hari,
yaitu sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Waktu workshop yang cukup awal
ini membuat saya sedikit mengantuk. Ditambah lagi, musim dingin yang sedang
berlangsung semakin menambah rasa kantuk. Kantuk juga disebabkan oleh jam tidur
yang kurang karena sebelumnya harus bangun sahur. Namun, kantuk tersebut tidak
menyurutkan semangat kami menjalani hari di Sydney. Setelah melakukan workshop, kami kembali ke Sydney Opera
House untuk menonton pertunjukan dari para peserta lain.
Selasa, 30 Juni 2015, merupakan
salah satu hari yang cukup menegangkan dalam rangkaian AIMF 2015. Hal tersebut
disebabkan oleh penjurian yang kami lakukan malam ini. Inilah yang disebut
dengan adjudicated performance. Pertunjukan
ini dilakukan sebagai “penilaian” untuk menentukan penghargaan yang akan kami
dapatkan nantinya. Penghargaan tersebut terdiri dari tiga kategori, Bronze, Silver, dan, Gold.
Penampilan kedua ini dilakukan di
Verbrugghen Hall, Sydney Conservatorium of Music. Kami tampil sekitar pukul
21.00. Namun, sekitar pukul 16.00 kami telah tiba di Verbrugghen Hall untuk
melakukan sound check dan juga
berkesempatan untuk menonton peserta lain. Cukup membuat deg-degan karena
penampilan-penampilan tersebut cukup bagus.
Dalam pertunjukan kali ini, kami
membawakan tiga lagu, In a Persian Market, Engklek, dan Pirates of
The Carribbean. Lagi-lagi rasa
bangga menghampiri ketika membawakan lagu Engklek. Dengan
kehadiran angklung dalam repertoire
Engklek, kami berhasil menampilkan format orkes tanpa meninggalkan ciri
keindonesiaan. Saya hanya berharap penampilan kami dapat membuahkan hasil yang
memuaskan.
Hari Kelima
Tidak terasa hari ini telah menjadi
hari kelima di Sydney dan artinya merupakan penampilan ketiga dalam rangkaian
AIMF 2015. Penampilan hari ini dilakukan di Sydney Town Hall, salah satu gedung
bersejarah di Sydney. Hari ini berjalan cukup cepat. Kami tampil urutan empat
dari lima peserta. Sekitar pukul 21.00, kami telah siap naik panggung dengan
menggunakan kebaya dan kain batik khas Indonesia. Penampilan yang ketiga ini
tidak terlalu membuat tegang. Selain telah mengenal "medan pertempuran",
tidak ada lagi tekanan yang datang.
Serunya, di sela-sela menunggu
giliran tampil, peserta dari negara India, yang juga sedang menunggu giliran, mendatangi
kami dan menunjukkan ketertarikannya pada alat musik gendang yang kami bawa. Hasilnya,
kami semua bergembira ria dengan berjoget-joget
mengikuti irama yang dihasilkan dari gendang. Malam itu merupakan
salah satu malam paling mengesankan karena kami mendapat sambutan yang meriah dari
peserta lain dan (saya harap) kami pun telah menampilkan penampilan yang
mengesankan.
Hari Keenam
Kamis, 2 Juli 2015 adalah penampilan
keempat sekaligus penampilan terakhir kami dalam rangkaian AIMF 2015. Sekitar pukul 10.00, kami telah tiba di
Maritime Museum, salah satu museum yang terletak di Darling Harbour, sebuah
kawasan pelabuhan ternama di Sydney. Penampilan kali ini cukup unik karena
dilakukan di luar ruangan.
Angin bertiup cukup kencang, membuat
saya cukup menggigil. Sekitar pukul 10.30 kami telah siap memainkan lagu
pertama. Saat lagu pertama baru saja dimulai, tiba-tiba angin bertiup cukup kencang,
menyebabkan kertas-kertas partitur kami berterbangan.
Penampilan hari itu dipenuhi dengan tiupan
angina dan partitur yang berterbangan. Akibatnya, kami pun sedikit kehilangan
konsentrasi. Selain partitur yang berterbangan, cuaca Australia yang dingin
membuat alat musik beberapa teman dalam seksi biola tidak in tune. Hal
ini terjadi di tengah penampilan sedang berlangsung. Kami memang cukup panik,
namun hal tersebut dapat segera kami atasi.
Penampilan kali ini adalah
penampilan yang paling seru karena diisi dengan hal-hal yang tidak terduga;
partitur yang berterbangan, alat musik yang tidak in tune, cuaca dingin, rambut-rambut menghalangi
pandangan mata.
Penampilan ini juga menjadi salah
satu yang cukup menyenangkan karena dibawakan dengan suasana yang semi-formal
dan akrab.
Hari Ketujuh
Hari terakhir dalam rangkaian AIMF
2015. Salah satu hari yang paling dinanti sekaligus hari yang tidak diinginkan
kedatangannya. Hari ini akan diumumkan siapa yang menjadi tiga besar, yaitu
penampilan terbaik atau peraih Gold dalam rangkaian AIMF 2015. Kami, tentunya,
berharap dapat meraih tempat dalam penampilan terbaik tersebut. Pengumuman
diberitakan melalui liasion officer kami.
Sambil menunggu pengumuman tersebut,
sekalian memanfaatkan waktu terakhir kami di Sydney, kami memutuskan untuk pergi
ke kawasan The Rock, suatu kawasan seperti kota tua. Bangunan-bangunan yang
tadinya berfungsi sebagai penjara, kini telah berubah fungsi menjadi restoran,
hotel, dan lainnya. Berbagai pemandangan kota tua mengelilingi saya. Setelah
mengelilingi The Rock, kami menuju salah satu jembatan paling terkenal di
Sydney, yaitu Sydney Harbour Bridge.
Cuaca di Sydney cukup cerah sehingga
pemandangan kota Sydney dari atas jembatan terlihat jelas. Sayangnya, karena
waktu yang terbatas kami tidak menyeberangi Sydney Harbour Bridge hingga ke
ujung. Hal tersebut tidak membuat saya terlalu kecewa karena pemandangan yang
terlihat dari atas Sydney Harbour Bridge sangat indah.
Sekitar pukul 17.00 kami telah tiba
di hotel untuk bersiap-siap mendatangi acara penutupan AIMF 2015. Sayangnya,
kami tidak masuk ke dalam kategori Gold. Walaupun begitu, hal tersebut tidak
menyurutkan rasa bangga saya terhadap OSUI Mahawaditra. Sekitar pukul 18.00
kami telah tiba di Sydney Town Hall tempat penutupan rangkaian AIMF berlangsung.
Rangkaian penutupan ini dibuka
dengan atraksi dari seorang pembawa acara yang wajahnya telah dilukis
menyerupai badut. Ia mengajak beberapa peserta untuk maju ke panggung memainkan
bel. Bersama-sama, para peserta tersebut menghadirkan lagu Do-Re-Mi Do a
Deer. Setelah itu, pembawa acara mengeluarkan balon besar yang kemudian
dilemparkan kepada para peserta. Riuh-rendah para peserta menyambut balon itu.
Keakraban mulai terasa dan suasana pun juga semakin hangat di tengah cuaca
Sydney yang dingin.
Rangkaian penutupan AIMF 2015
dilanjutkan dengan penampilan command performance, yaitu penampilan
terbaik dari tiga grup peserta AIMF 2015.
Penampilan pertama dari Shanghai Nan
Yang Model High School Symphony Orchestra. Grup yang berasal dari Cina ini
mengawali rangkaian penutupan dengan meriah. Kemampuan para siswa tingkat SMA
ini mencengangkan. Suara yang dihasilkan serta permainan grup ini juga memukai.
Penampilan kedua adalah dari Indonesia! Cukup terkejut serta berbangga karena grup
dari Indonesia dapat masuk dalam tiga besar penampilan terbaik AIMF 2015. Grup
itu adalah grup paduan suara, D'Angelic Choir. Grup ini membawakan lagu khas
Jakarta yaitu Kompor Mledug dari Benyamin S. Terakhir, terdapat
penampilan dari Normal West High School Wind Ensemble dari Amerika. Penampilan
mereka menutup command performance dengan apik. Kemampuan anak SMA yang
setara dengan pemain profesional ini lagi-lagi memukau saya.
Selanjutnya, rangkaian ditutup dengan penghargaan yang diberikan kepada para peserta AIMF 2015. Kami, termasuk juga saya, penasaran penghargaan apa yang akan kami dapatkan.
Menunggu memang aktivitas paling
tidak enak. Rasanya sangat lama hingga nama kami dipanggil. Tidak disangka kami
mendapatkan Silver dalam rangkaian AIM 2015 ini! Suatu prestasi yang mengharukan
karena kami baru pertama kali ikut festival Internasional dan mampu mendapatkan
Silver. Rasa haru, bangga, senang, sedih, dan lega jadi satu. Kami semua
berpelukan saling memberi selamat atas prestasi yang kami raih ini.
Malam penutupan ini ditutup dengan
meriah dari penampilan home band yang menyanyikan lagu-lagu populer masa
kini. Semua peserta membaur menjadi satu bergoyang bersama, serta bernyanyi
bersama. Tidak peduli bahasa yang kami gunakan berbeda, semua menjadi satu malam
itu.
Rangkaian AIMF 2015 telah berakhir.
Hal ini bukan berarti sebagai tanda selesai dari perjuangan yang dilakukan OSUI
Mahawaditra.
Bagi saya pribadi, pengalaman serta
pelajaran yang kami dapatkan selama mengikuti rangkaian AIMF 2015 akan selalu
dan terus diingat. Tulisan ini saya harapkan dapat menjadi pengingat bahwa
pengalaman dan pelajaran tersebut perlu dibagikan kepada anggota yang lain.
Comments
Post a Comment