Duduk Mengsong yang Nyaman di Sanur Village Festival 2018
Hari ini menjadi kali
pertama saya menghadiri Sanur Village Festival 2018 yang berlangsung dari
tanggal 22—26 Agustus 2018. Sanur Village Festival (Sanfest) merupakan festival
yang sudah diselenggarakan sejak tahun 2006. Dalam festival ini, nggak hanya
ada pertunjukan musik tetapi juga kegiatan-kegiatan lainnya, seperti lomba,
diskusi, pameran, dan tentu saja bazaar makanan!
Saya beruntung bisa
hadir dalam salah satu mata acara “penting” (ya “penting” karena pada dasarnya
semua mata acara itu penting kan?) Sanfest pada tanggal 24 dan 25 Agustus.
Sesuai namanya, tentu
acara ini dilaksanakan di area Sanur, tepatnya di Pantai Matahari Terbit. Saya sedikit
sangsi dengan pengetahuan saya tentang pantai yang ada di Bali; ya, dengan kata
lain saya tidak tahu persis di mana lokasi Pantai Matahari Terbit itu.
Untungnya, saya pergi bersama teman sehingga saya sama sekali tidak
mengkhawatirkan lagi tentang masalah lokasi.
Hari itu saya datang bersama teman saya dengan yakin, bahwa Pantai
Matahari Terbit adalah pantai yang lokasinya dekat dengan area McD. Tetot! Ternyata kami salah. Untungnya,
kami masih memiliki cukup waktu untuk “memperbaiki” salah lokasi ini.
Sekitar jam 8
malam saya sampai di Pantai Matahari Terbit, Oiya, Sanfest ini bukan diadakan literally di pantainya, ya. Tapi diadakan di lapangan yang ada di Kawasan
Pantai Matahari Terbit.
Kala itu, untuk ukuran suatu festival, suasana tidak terlalu ramai cenderung terlalu “tenang”. Oiya, Sanfest ini tidak menggunakan sistem HTM alias gratis! Hanya saja perlu
unggah aplikasi Boost karena seluruh transaksi pembelian makanan/minuman
dilakukan melalui aplikasi tersebut.
Pengunjung yang tidak
terlalu ramai membuat suasana menjadi sangat nyaman
untuk menikmati pertunjukan. Ya, bisa saya bilang this is an ideal situation for enjoying the moment. Saya pun langsung mencari spot duduk yang
nyaman untuk bisa menikmati pertunjukan. Yoi, nonton festival duduk plus
nggak berdesak-desakan. Emang festival idaman.
Alasan utama
saya datang ke Sanfest adalah ingin
melihat penampilan Andien Aisyah. Ketika saya
datang, sedang berlangsung pertunjukan dari Gus Teja, salah satu musisi
terkenal Bali. Karyanya merupakan karya instrumental dengan nuansa musik
tradisional Bali. Ini adalah kali pertama saya melihat pertunjukan langsung
dari Gus Teja. Ia membawa beberapa jenis suling dan melakukan live
performance dengan suling-suling tersebut. Pada awal pertunjukan, ia
memang tampil solo dan hanya ditemani oleh minus one. Setelah
dua lagu, kalau tidak salah, Gus Teja mengubah format menjadi live band
performance.
Tentu penggabungan antara alat musik modern dan alat musik tradisional yang dilakukan Gus Teja sangat menarik. Dengan sukses, ia bisa menggabungkan gitar elektrik, bass elektrik dengan dua alat musik tradisonal dan juga kendang. Perpaduan ini menurut saya menjadi pembuka yang berkesan.
Setelah penampilan Gus Teja, terdapat beberapa penampilan lain sebelum akhirnya
tibalah
pertunjukan dari Andien.
Begitu Indra Lesmana mulai memasuki panggung,
teriakan dari penonton langsung terdengar. Dengan mengenakan kemeja putih dipadukan
dengan jeans
gelap, penampilannya membuat suasana
semakin relax. Penampilan dibuka dengan Indra Lesmana Project yang terdiri dari Indra Gupta (contra bass), Sandy Winarta (drum), Jacko (gitar), dan Indra Lesmana sendiri. Grup ini
membawakan karya instrumental yang tentu saja bernuansa jazz.
Kemudian, barulah Andien keluar dengan mengenakan dress bernuansa beige.
Pertunjukan berjalan dengan sangat santai dan
nyaman. Walaupun
hanya membawa 5 lagu, namun hal itu tidak menyurutkan rasa antusias penonton. Semua penonton sing along dengan adem dan nikmat. Salah satu lagu yang mengena untuk saya adalah "Gemilang"; tidak berlebihan, tetap
sederhana, dan pesan mendalam
dalam lagu tersebut tersampaikan dengan baik. Pada lagu terakhir, "Moving On", Andien mengajak penonton untuk berdiri dan berjoget bersama.
Lagu-lagu yang dibawakan Andien tetap sederhana tanpa ada aransemen yang “mengagetkan”.
Namun, justru itulah yang menjadi nilai lebih dalam pertunjukan ini.
Pulang dari pertunjukan tersebut, saya masih merasa amazed dengan
penampilan Andien yang diiringi oleh Indra Lesmana Project. Yang lebih membuat saya amazed adalah
suasana yang dihadirkan ketika Andien tampil. Semua penonton tampak chill
and relax, tanpa ada dorong-dorong dan sesak-sesakan. Hari itu,
sepertinya semua orang menikmati dengan nyaman penampilan yang dipertunjukan.
Kira-kira, pertunjukan hari selanjutnya akan sekalem
inikah?
Keesokan harinya, dalam perjalanan menuju
Pantai Matahari Terbit, saya berekspektasi bahwa hari ini pertunjukan akan
berjalan sekalem dan setenang kemarin. Ternyata, hal ini agak meleset.
Begitu
sampai, ternyata kawasan Pantai Matahari
Terbit
sudah ramai dan cukup sesak. Walaupun begitu,
saya tetap bisa mendapatkan tempat duduk yang pas untuk menonton pertunjukan.
Oiya, yang saya maksud dengan "duduk" adalah duduk lesehan di
rumput-rumput, ya. Bukan duduk manis di bangku atau kursi.
Seperti yang sudah saya bilang tadi, hari ini
pengunjung Sanfest cukup padat. Oleh sebab itu, jarak antar-penonton pun cukup
dekat. Begitu pembawa acara menunjukkan sinyal-sinyal pertunjukan Tulus yang akan
segera dimulai, entah mengapa penonton get
too excited hingga bangun dari duduknya. Tidak hanya itu saja, para
penonton dari bagian belakang pun langsung rangsek
ke bagian depan.
Melihat
hal ini, pembawa acara berusaha mengkondisikan untuk para penonton tetap berada
dalam posisi duduk. Perlu waktu beberapa saat untuk akhirnya para penonton
memutuskan untuk duduk.
Selanjutnya
mungkin kalian akan bertemu banyak kata kesemutan
dan mengsong.
Dalam
posisi berdiri, jarak badan antar-penonton bisa sangat dekat. Tetapi ketika
duduk diperlu jarak yang cukup agar kita bisa melipat kaki dengan nyaman.
Hasilnya?
Saya
pun duduk dengan mengsong; pokoknya posisi
duduk yang, ya, nggak nyaman. Hal ini pun juga kejadian pada penonton lain.
Bahkan ada beberapa penonton yang berakhir jongkok! Bagaimana mungkin bisa menikmati
pertunjukan kalau seperti ini.
Namun,
hal ini tentu saja tidak mengurangi antusiasme penonton untuk melihat Tulus. Begitu
Tulus keluar, sepertinya para penonton lupa dengan kejadian duduk mengsong ini. Teriakan dari penonton pun
tetap nggak tertahankan.
Tulus
menyapa para pengunjung dengan kasual dan hangat. Sebenarnya, saya sedikit
berharap Tulus bisa mengkondisikan keadaan ini duduk mengsong ini. Tapi, ya, sepertinya saya memang akan menikmati
pertunjukan ini dengan duduk mengsong. Demi Tulus, saya pun rela duduk mengsol.
Kemudian,
pada lagu ketiga, kalau tidak salah ya, tiba-tiba ada beberapa penonton di
bagian depan yang berdiri (lagi). Penonton bagian belakang pun bersorak, “Duduk!
Duduk!” Mungkin penonton yang tiba-tiba berdiri ini merasa kurang nyaman dengan
posisi duduk mereka sehingga mereka tidak tahan untuk tidak berdiri. Bisa jadi
juga karena terlalu excited melihat
Tulus, mereka sampai nggak tahan untuk berdiri.
Saya
berada tidak terlalu depan, tetapi juga tidak terlalu belakang, posisi yang
cukup ideal untuk bisa melihat penampilan dari jarak yang cukup. Karena posisi
saya ini, saya pun jadi agak bingung, apakah saya harus ikut-ikutan penonton
bagian depan untuk berdiri atau tetap duduk? Jika saya tidak ikut berdiri, saya
tidak bisa melihat penampilan Tulus. Tapi saya juga ingin berkontribusi untuk
membuat penonton lain berdiri.
Lagi-lagi
saya berharap Tulus bisa mengkondisikan hal ini. Tetapi, ya, itu tidak terjadi.
Akhirnya,
setelah durasi dan volume suara sorakan yang cukup kencang, para penonton
bagian depan pun kembali duduk. Bukannya posisi duduk saya semakin nyaman,
ternyata posisi duduk saya semakin mengsong.
Belum selesai periode kesemutan dari duduk mengsong
pertama, saya harus mempersiapkan diri lagi untuk periode kesemutan
selanjutnya.
Walaupun
begitu, Tulus tetap bernyanyi dengan merdu dan bisa mengisi suasana dengan
syahdu.
Pada
akhir pertunjukan, semua penonton bersorak gembira karena sudah disuguhkan
penampilan Tulus yang megah. Gawatnya, periode kesemutan saya yang kedua ini
cukup kencang. Jadinya, saya nggak bisa langsung meninggalkan lapangan,
melainkan harus menunggu beberapa saat hingga kesemutan saya hilang.
Walau begitu, saya tetap berharap bisa menghadiri Sanfest tahun depan.
Semoga,
ya!
Comments
Post a Comment