Tidak Salah, Tidak Benar: Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Hari Jisun

id.pinterest.com/pin/591308626048078509/

Tulisan ini membahas tentang penggunaan bahasa Indonesia oleh salah satu food vlogger asal Korea, Hari Jisun. Tidak ada niat yang begitu penuh untuk membuat artikel ulasan dengan tingkat analisis dan intelektualitas yang tinggi. Hal ini hanya didasarkan oleh tingkat kekerapan menonton video yang diunggah oleh Jisun.

Hari Jisun merupakan food vlogger cukup baru. Sekitar tahun 2016, video pertamanya diunggah. Jisun merupakan orang Korea (asli) yang tertarik dengan masakan Indonesia dan memang menyasar penonton dari Indonesia. Berbagai video-nya membahas tentang berbagai makanan Indonesia, seperti gudeg, Indomie, sate, tengkleng, dan lainnya.

Dalam video-nya, Jisun memang masih sering menggunakan bahasa Korea untuk mendeskripsikan makanan yang dicoba. Untuk mempermudah para penonton dari Indonesia, ia memasukkan teks terjemahan atas bahasa Korea yang ia gunakan. Data dalam tulisan ini menggunakan teks terjemahan tersebut.   

Oleh berbagai alasan tersebut tulisan ini dibuat. Oiya, tulisan ini tidak (atau belum) menggunakan teknik analisis mendalam disertai dengan berbagai teori. Bisa dikatakan, tulisan ini hanya bentuk pendeskripsian dan opini terhadap penggunaan bahasa oleh Jisun.

Video yang digunakan dalam tulisan ini berjudul "MUKBANG tour di JOGJA!". Video ini diunggah pada 12 Juli 2017 oleh akun terverifikasi Hari Jisun.

Pada video ini, Jisun mengulas tentang makanan di Restoran Raminten yang ada di Yogyakarta. Makanan yang dipesan antara lain bubur, tahu, dan juga satu minuman. Menu pertama yang datang adalah minuman, yang sepertinya cincau hijau dengan santan dan rempah lainnya. Saat mencoba minuman itu, Jisun berkata dengan menggunakan bahasa Korea dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.

"Rasa ini, rasa bikin orang ramah"
                                   menit 5:20





Jisun mengekspresikan bahwa minuman tersebut memiliki rasa yang enak sehingga membuat ia menjadi orang yang berbeda, orang ramah. Pemilihan kata ramah, rasanya (akan banyak digunakan kata "rasanya" mengingat penutur jati memiliki kepekaan rasa bahasa) agak tidak biasa. Dapat di kaji ulang bahwa yang ingin disampaikan mungkin, "rasa ini, rasa yang bisa bikin orang senang".

Kata senang dan ramah berada pada kelas kata adjektiva, kata sifat. Walaupun begitu, kedua kata ini menggambarkan hal yang berbeda. Kata ramah biasanya untuk menggambarkan sifat seseorang. Bisa dibilang ramah sejajar dengan cantik, baik, pintar. Sedangkan, senang sejajar dengan kesal, sebal. 

Misalnya, orang itu sangat ramah atau Ibu Ria terlihat cantik. Namun, jarang yang mengatakan orang itu sangat sebal atau orang itu sangat kesal. Selanjutnya, biasanya terdapat ekspresi saya merasa sangat senang atau saya kesal karena ... Jarang yang mengekspresikan saya merasa ramah atau saya merasa baik. Memang ada ekspresi seperti saya merasa cantik atau saya merasa baik. Namun, ekspresi tersebut cukup jarang digunakan karena terdengar terlalu percaya diri dan tidak biasa digunakan.


Ditambah lagi, kata sifat senang, marah, kesal, dst, merupakan akibat dari sesuatu. Biasanya, terdapat alasan khusus seseorang bisa merasa senang, marah, atau kesal. Namun, hal ini tidak berlaku untuk ramah, baik, cantik, pintar, dst.

Selanjutnya, Jisun mengomentari tentang suasana restoran tersebut yang bernuansa tradisional Jawa. Terutama karena terdapat lagu tradisional Jawa yang dimainkan dengan gamelan. Ia mengekspresikannya sebagai berikut.

"Ragu juga tradisional Jawa banget"
                                     menit 6:03



Yup, tentu yang menarik perhatian adalah kata ragu pada ekspresi tersebut. Apabila melihat konteks dalam video dan dalam kalimat tersebut, yang dimaksud adalah lagu bukan ragu. Kesalahan penulisan ini mungkin disebabkan oleh bahasa Korea yang tidak menekankan perbedaan pada bunyi [l] dan [r] sehingga lagu dan ragu dianggap kata yang sama. 

Selanjutnya, ekspresi ini merupakan ekspresi lanjutan yang masih membahas tentang suasana restoran dan juga lagu tradisional yang diputar.

"Suasana sini memperbesarkan rasa makanan tradisional jawa"
                                                                                 menit 6:12 



Dari ekspresi tersebut, yang cukup menonjol adalah penggunaan memperbesarkan. Hal ini menarik, sebab biasanya kombinasi afiks memper- dan -kan bergabung dengan kata dasar yang berasal dari nomina maupun verba. Walaupun sebenarnya kombinasi afiks ini dapat pula digabungkan dengan kata dasar adjektiva, seperti mempermalukan, namun memperbesarkan rasanya masih agak asing dan belum ditemukan penggunaan memperbesarkan.

Selanjutnya, penggunaan  sini dalam ekspresi tersebut juga cukup menarik. Biasanya, penggunaan sini diikuti dengan di, sehingga menjadi di sini. Sini merupakan deiksis yang menunjukkan lokasi seperti halnya juga situ dan sana. Dengan fungsinya sebagai penunjuk lokasi, maka penggunaan di pada deiksis ini menjadi jelas. 

Bila direkonstruksi ulang, berdasarkan konteks dalam video tersebut, ekspresi tersebut ingin menyatakan bahwa suasana dari restoran tersebut membuat rasa makanannya menjadi terasa lebih tradisional dan/atau autentik. 

Berdasarkan dua ekspresi di atas, sebenarnya Jisun menggunakan kata dan struktur kalimat dengan benar apabila didasarkan pada tipologi tata bahasa Indonesia. Namun, dalam penggunaan bahasa diperlukan hal selain tata bahasa, yaitu rasa bahasa. Inilah yang biasanya menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa asing. 

Walaupun demikian, terdapat beberapa ekspresi yang diungkapkan Jisun dengan tepat. Seperti pada menit 7:44, "Kelihatannya enak!!!" dan meni 8:35, "Aku akan pakai saus kecap". Ekspresi merupakan ekspresi dengan struktur sederhana, terdiri dari bentuk-bentuk dasar dan satu afiksasi. 

Jadi, dari ulasan di atas, dapat diambil beberapa hal sebagai berikut. 1) Bahasa Indonesia merupakan bahasa aglutinatif, yaitu dengan pembentukan kata yang kompleks dalam hal ini afiksasi. Walaupun struktur afiksasi meper-kan dalam bahasa Indonesia memang ada, namun tidak semua kata dapat dibubuhkan afiks tersebut. 2) Walaupun suatu kata berada pada kelas kata yang sama, namun penggunaan kata tersebut dapat sangat berbeda. 3) Bahasa Indonesia memiliki pasangan minimal yang cukup penting, antara lain /l/ dan /r/ seperti pada lagu dan ragu. Kedua bunyi tersebut membedakan makna sehingga keberadaannya cukup penting.

Salam!

Comments

Popular Posts