Panen Keraguan

Panen keraguan dalam pikirannya merupakan hasil dari penanaman dan penuaian yang terus dilakukan sejak dini. Kini, bunganya bertaburan di tengah jalan, memenuhi atap perumahan, dan halaman gereja yang ramai umat. Berkali-kali Ia menyapu kelopak bunga yang berhamburan, tetapi esok paginya halaman kembali ramai dengan kelopak bunga dari semalam. Aktivitas membersihkan halaman memakan waktu yang cukup banyak setiap harinya. Dua jam setiap malam dihabiskan untuk menyingkirkan kelopak bunga agar halamannya bisa bertahan setidaknya hingga keesokan paginya. Setiap pagi Ia melirik halamannya, berharap waktu dapat dijeda untuk membersihkan kelopak yang menumpuk, tapi sebaliknya, realita menuntut untuk mengejar impian yang tak kunjung datang. Lengannya nyeri dan pergelangan tangannya terasa akan copot. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. 

Ia memutuskan untuk memetik kelopak-kelopak yang bermekaran sebelum mereka berjatuhan: meringis, air mata melirih, menahan perih. Panen ini sudah terjadi sejak dulu. Awalnya, panen ini dianggap sebagai kemeriahan: kelopak bunga warna-warni mengikutinya ke mana pun Ia pergi, seperti karpet merah di acara mewah. Lama-lama, kehadirannya sungguh mengganggu. Tidak hanya mengganggu dirinya, tetapi juga tetangga dan teman-temannya. ‘Maaf,’ selalu telontar dari mulutnya, hingga kata-kata lain tidak memiliki kesempatan untuk keluar. Ke mana pun Ia melangkah, banyak mata kerap mengikutinya. Sementara itu, kepalanya semakin dalam menunduk, menghindari lirikan dan bisikan.

Jika saja waktu itu proses menanam dibatasi, juga orang-orang yang diperbolehkan untuk menuai diberi kisi-kisi, mungkin tidak akan ada panen yang berlebihan seperti ini. 

Comments

Popular Posts