Ruangan Terlalu Sesak, Dipenuhi Perasaan Terbengkalai


Melepaskan genggaman setelah menggenggam erat begitu lama bukan hal yang mudah. Berbagai kejadian sering kali tidak sesuai dengan yang diinginkan, sehingga menimbulkan perasaan ganjil yang sulit dilepaskan. Kerap kali perasaan ganjil itu minta dihampiri, dan diri ini tidak sanggup menolak, hingga lupa diri: tidak bisa membedakan pagi, malam, atau ini tinggal kenangan. Entah disadari atau tidak, situasi ini sering berulang. Bukan sekali, dua kali, tetapi berkali-kali hingga menjadi rutinitas sehari-hari. 

Banyak sekali, terlalu banyak kejadian yang mengundang perasaan ganjil untuk mampir. Kewalahan, laci penyimpanan perasaan dalam lemari tidak terpelihara lagi. Sampai pada akhirnya, lemari penyimpanan itu terbengkalai karena tidak pernah dikunjungi lagi. Bukan, bukan salah siapa-siapa, sebab memang begitulah perjalanan sebuah kisah: tidak tentu arah. 

perasaan lupa diri / ini tinggal kenangan


Sesungguhnya, sapu dan pel sederhana sudah bisa membantu merapikan ruangan itu. Juga dengan kejelian dan kesungguhan untuk menyusun ulang perasaan-perasaan yang banyak terbengkalai. Namun, apakah hati siap bertemu lagi dengan serangkaian perasaan yang sudah lama tidak disapa?

Saat ini, genggaman perlahan mulai melonggar. Keeratannya mulai lapang, memberi ruang untuk apa pun yang seharusnya mengisi di antara ruang itu. Semoga sesak ini perlahan-lahan dapat memudah, hingga dapat menarik napas dengan lega, tanpa perlu dihampiri nyeri dalam dada. 

Mulai dari mana baiknya merapikan ruangan ini? Sapu jenis apa yang cocok untuk menghalau debu tebal pada laci-laci yang sudah tidak dapat menutup rapat lagi? Kantong sampah sebesar apa yang cukup menampung serpih luka yang berserakan di sudut-sudut lemari ruangan ini?

Mampukah perasaan-perasan yang lalu itu bertatap mata dengan perasaan masa kini?


laci perasaan terbengkalai / kantong menampung / luka yang berserakan


Comments

Popular Posts