Di Kota Ini Banyak Pertanyaan



DI KOTA INI BANYAK PERTANYAAN, MELAYANG-LAYANG SEPERTI DAUN YANG BERJATUHAN DARI POHON DI UJUNG JALAN. 

Dulu, kecemasan tidak ditemukan ketika pertanyaan berseliweran. Sebab, dengan mudah orang bisa menepisnya dan kemudian kembali melanjutkan aktivitas. Orang-orang, hewan, semua makhluk hidup masih bernapas dengan lega tanpa harus ketakuan akan menghirup pertanyaan. Selain itu, pertanyaan biasanya beredar di tempat-tempat yang tidak terlalu banyak orang, sehingga kekhawatiran dan cemas tidak terlalu berkembang. 


Kini, setiap saat ada pertanyaan. Ketika berbicara pun, perlu hati-hati karena pertanyaan bisa saja menyergap. Ketika berjalan pun harus hati-hati, karena bisa saja pertanyaan menjegal jalan yang sedang dilalui 


Pertanyaan sudah terlalu banyak, berkubang di berbagai tempat bahkan di tempat yang tidak seharusnya. Membuat orang-orang menjadi kebingungan dan ketakutan untuk melakukan apa-apa yang harus dilakukan 

- 

Layaknya pendatang baru di sebuah kota, pertanyaan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan kota ini; mencari makan di tempat tersedianya makanan, beristirahat di tempat yang bisa disinggahi, dan menyapa orang-orang yang ada di kota ini. Begitulah awalnya pertanyaan mulai berkeliaran di sudut-sudut kota 


Tidak ada lagi yang tahu sejak kapan pertanyaan mulai seliweran. Sebab, semua berjalan begitu biasa ketika pertanyaan mulai datang, sehinga penduduk kota tidak begitu memperhatikan. 


Namun, pada suatu malam terdapat ledakan pertanyaan. Ledakan terjadi ketika penghuni kota sedang lelap. Begitu lelap hingga tidak ada yang menyadari ledakan tersebut. Pertanyaan menjadi berkali-kali lipat banyaknya, mengisi berbagai sela yang ada di kota ini 


Pagi harinya, dinding kota berwarna-warni dengan sergapan pertanyaan 

- 

Suatu malam, hujan sangat deras mengguyur kota ini. Penduduk kota berlarian menghindari bulir hujan yang cukup besar. Kilat bersahut-sahutan menyinari pohon-pohon yang berjejer. Tiba-tiba, terdengar teriakan di ujung jalan. Semua kebingungan dan berusaha mencari sumber suara. Rupanya, ada orang yang sedang diserbu pertanyaan. Begitu kagetnya ia, hingga tidak bisa berkata dan hanya bisa berteriak pilu. Orang-orang berlarian; ada yang segera menjauh dan terburu-buru menuju rumah, ada pula yang masih punya empati dan berusaha untuk menolong. Namun, usaha untuk menolong menjadi sia-sia karena pertanyaan justru semakin punya sasaran empuk. Akibatnya, lolongan teriakan semakin nyaring, membuat malam sulit untuk berlalu. 


Keesokan harinya, kabar tersebar begitu cepat. Orang-orang menjadi lebih waspada dan terjaga kalau-kalau pertanyaan menyergap. Kota terasa lebih sunyi dari biasanya. Sebab, orang-orang yang biasanya tertawa lepas, kini hanya membuka mulutnya setengah saja. Orang-orang yang biasanya berbicara setiap detik, kini hanya berbicara ketika benar-benar diperlukan. Orang-orang yang biasanya melangkahkan kaki ke tempat yang tidak seharusnya, kini langsung pulang menuju rumah.  

- 

Begitulah awal dari peristiwa yang membingungkan ini. Sudah sangat sedikit yang berani melangkah ke luar rumah dan beraktivitas seperti biasanya. Salah satu keluarga di ujung jalan bahkan sudah memlih untuk tidak bergerak. Mereka sudah terlalu takut akan disergap dan dihadang pertanyaan. Posisi mereka tidak berubah-ubah: hanya duduk atau berdiri. Ketika ingin mengubah posisi, mereka melakukannya dengan lambat supaya tidak terjatuh dan tidak terluka. Tinggal mata mereka yang masih berfungsi, meninggalkan pesan-pesan tersirat yang tidak kasatmata. Sinar di rumah mereka hanya berasal dari mata-mata yang masih memiliki harapan. 


Dua rumah di sebelah keluarga ujung jalan, juga sudah menetapkan satu posisi saja: berbaring. Dengan posisi ini, kata mereka, pertanyaan jarang menghadangMereka hanya berpindah posisi ke samping kiri ataupun samping kanan. Tengkurap hanya kadang-kadang. Tapi, pertanyaan sudah mulai menghadang dalam mimpi mereka. Kemarin, sudah ada yang mimpinya diisi oleh pertanyaan yang berterbangan. Sampai-sampai ia sulit bangun. Untung saja ia bisa melawannya dan akhirnya bisa membuka matanya. Ia menahan napasnya agar tidak terengah-engah. Sebab jika menarik napas terlalu kuat, pertanyaan akan ikut terhirup, membuat kepala pening. 


Kabar tentang pertanyaan yang mulai menghadang dalam mimpi membuat orang-orang mulai tidak berani tidur. Mata mereka menjadi merah dan pedih karena menahan agar tidak tertidur. Lingkaran hitam di bawah mata menjadi semakin cekung, membuat orang-orang kota ini terlihat seperti hantu.  

- 

Di sini aku hanya sebagai pendengar, menyerap berbagai cerita tentang pertanyaan yang belakangan ini banyak beredar. Kasihan orang-orang itu, terbatas pergerakannya karena pertanyaan mengepung hingga sesak melanda. Jika sudah begini, mereka tunjuk-tunjukan disuruh mengaku siapa yang salah. Tentu tidak ada yang mau mengaku salah. Semuanya menunjuk teman sebelah, kamu yang salah!  


Kepalaku langsung pusing bila tunjuk-tunjukan mulai terjadi. Aku tidak dapat mengikuti telunjuk orang-orang yang menunjuk orang lain ketika aku bertanya apa penyebab kota dapat disesaki pertanyaan. Mata bergantian membelalak ketika ada yang menunjuk mereka, seperti tidak terima bahwa mereka dikatakan sebagaipenyebab’. Jika sudah seperti ini, hembusan pertanyaan akan masuk ke rumah dan mulai mengelilingi mereka. Berkubang di atas kepala, perut, kaki dan mulai mengusik tubuh sampai tidak ada yang bersisa. 

- 

Pertanyaan semakin mengepung, membuat orang-orang semakin terkubur dalam ketakutan. Jalanan semakin sepi, toko-toko semakin merugi. Orang-orang berjalan semakin lambat, membuat jalanan macet di mana-mana. Kota lama-lama seperti kota mati. Hanya tinggal memori di dalam mata-mata yang masih memiliki sedikit harapan. 

Comments

Popular Posts