Sore yang Sedu


Tidak terasa, kata yang terucap terus mengalir.
Seperti aliran sungai yang terus menerpa kaki.
Membuat orang-orang menoleh, memerhatikan gerak bibirnya.
Seperti suara pengumuman di stasiun kala itu.
Mata-mata mulai melirik, ke arah kami.
Seperti sedang menonton sirkus-sirkus pinggir jalan.
Menebak-nebak, ada apakah kiranya yang sedang terjadi.
Seperti mengira-ira jalan cerita sinetron yang tak terduga.
Tangan bergetar, urat-urat mencuat di balik kulit-kulit renta.
Seperti lebam yang muncul di sekitar matamu, waktu itu.
Tubuh menggigil, tulang rahang mengeras, membuat wajahmu tertegun.
Seperti ketika mendengar kabar bahwa kamu telah pergi.
Tidak ada lagi suara yang mengalun, tubuhmu membeku kaku tak bergerak.
Seperti air mata yang telah mengering semalaman.
Kaki melangkah meninggalkan sinar yang membentuk bayangan tubuh.
Seperti luka lebam yang membekas di pergelangan tangan.

Tapi, kata tidak berhenti menetes
Menerjang segala aral
Seperti tidak peduli
pada kepiluan

Di balik seuntai harapan yang merentang di depan sinar mentari
dengan awan-awan yang teduh membalut, membuatnya tetap terjaga.

Comments

Popular Posts