Tata Urut Kata Bahasa Indonesia dan Lirik Lagu Tulus Serta Sheila On 7




Tulus merupakan salah satu artis yang menggunakan bahasa Indonesia pada hampir semua karya lagunya. Mungkin karena itulah lagu-lagu Tulus nempel dan ngena di benak banyak orang. Jika membicarakan lirik lagu, diksi (pilihan kata) menjadi salah satu aspek yang penting. Yang nggak kalah penting dari diksi adalah urutan atau susunan kata yang digunakan.

Kali ini LihatDengar blog dalam rangkaian #NgomonginLinguistik edisi spesial membahas urutan kata. Bagaimana urutan kata dapat membentuk makna yang diinginkan?

Masih Ingat Struktur Kalimat?

Salah satu lagu Tulus yang memicu lahirnya tulisan ini adalah lagu "Monokrom". Salah satu baris pada lagunya berbunyi: pesta hari ulang tahunku. Seperti normalnya penikmat lagu, tentu ketika memutar lagu ini, saya akan bersenandung mengikuti lagu ini. Tapi, ketika baris itu tiba, hampir pasti saya akan meliriskannya sebagai hari pesta ulang tahunku. Yup, posisi kata hari dan pesta tertukar.

Kenapa bisa begitu?

Masih ingat pelajaran bahasa Indonesia yang membahas S-P-O-K? Dalam pelajaran itu dibahas bagaimana posisi subjek mengawali sebuah kalimat dan kemudian diikuti predikat dan objek. Dan jika diperlukan, akan diikuti dengan keterangan di akhir. Fungsi-fungsi tersebut (subjek, predikat, objek) diisi dengan kategori kata tertentu. Umumnya, subjek diisi oleh pronomina (seperti dia, aku, atau ibu/bapak), predikat diisi oleh verba (seperti membeli, meletakkan, pergi, dll), dan objek diisi oleh nomina (kata benda seperti piring, gelas, dll).  Coba lihat contoh kalimat berikut ini. 

              IBU    MEMBELI    SABUN    DI PASAR
               S               P                  O                K

Bila urutannya diubah menjadi: Membeli ibu sabun di pasar atau ibu di pasar sabun membeli, tentu akan membentuk makna yang tidak masuk akal. Akan lebih masuk akal jika susunannya diubah menjadi: Ibu di pasar membeli sabun, tetapi susunan tersebut memberikan nuansa makna yang berbeda dengan kalimat sebelumnya. 

Contoh di atas merupakan pembahasan struktur kalimat. Dalam tulisan ini, akan lebih fokus pada pembahasan frasa. 

Frasa yang Liris

Frasa setidaknya terdiri dari dua rangkaian kata. Menurut Alwi, dkk. (2003), frasa memiliki inti dan inti tersebut dapat diperluas. Contoh frasa misalnya baju baru dan kucing hitam. Kedua frasa tersebut dapat diperluas menjadi baju baru dia dan kucing hitam dia. Nah, inti dari kedua frasa tersebut adalah nomina, maka frasa ini disebut dengan frasa nominal.

Inti dari frasa pesta hari ulang tahunku dalam lagu "Monokrom" adalah nomina pesta. Dengan demikian, informasi utama dari frasa tersebut adalah tentang pesta; menunjukkan bahwa pesta ulang tahun-lah yang sedang dibicarakan, bukan jenis pesta lainnya (misalnya pesta kelulusan, pesta perpisahan, dll).

        a. pesta hari ulang tahunku

Dalam kutipan lirik di atas, dapat dilihat bahwa nomina hari menerangkan nomina sebelumnya, pesta dan nomina ulang tahun menerangkan nomina hari. Inilah yang disebut dengan perluasan. Bagaimana jika posisi nomina pesta dan hari ditukar menjadi hari pesta ulang tahunku?

Tata Urut Kata: Yang Mana Yang Lebih Enak?



Pada awal tulisan ini, sudah sempat disinggung bahwa urutan kata dalam frasa/kalimat dapat diubah atau berubah. Namun, tidak jarang bila urutan tersebut diubah, makna dalam frasa juga ikut berubah. Termasuk frasa hari pesta ulang tahunku. 

    b. hari pesta ulang tahunku

Berbeda dari urutan sebelumnya, urutan ini memiliki inti nomina hari. Dengan demikian, informasi utamanya adalah hari pesta ulang tahun dan bukan hari libur atau hari raya keagamaan, dll. Ibaratnya, frasa a dan b merupakan dua jawaban atas dua pertanyaan yang berbeda.

            a. Pertanyaan: pesta apa ini?
            Jawaban: pesta hari ulang tahunku
                      
            b. Pertanyaan: kapan hal itu terjadi?
            Jawaban: ketika hari pesta ulang tahunku

Pembahasan yang dilakukan di atas dapat dibilang dilihat dari sisi sintaksis, sisi yang lebih fokus membahas struktur sebuah kalimat/frasa. Tapi terkadang, pembahasan dari sisi sintaksis saja belum cukup "mengupas" maksud dari sebuah kalimat. Maka, diperlukan sisi lain dari linguistik, yaitu pragmatik. 

Pragmatik secara sederhana merupakan bidang yang mengungkapkan maksud  (intentions) dari ujaran yang dituturkan (dalam hal ini dituliskan) oleh si penutur. Ibaratnya, pragmatik bisa mengupas tuntas maksud di balik sebuah ujaran. Contohnya, ujaran "anjing" dalam sisi sintaksis hanya bermakna harfiah, yaitu hewan dengan empat kaki, dst. Tapi, bila dilihat dari sisi pragmatik bisa saja ujaran tersebut memiliki makna bahwa penuturnya mengungkapkan kemarahan. 

Salah satu contoh kalimat yang dapat dilihat dari sisi pragmatik adalah lirik lagu "Sephia" dari Sheila on 7. Terdapat satu baris yang berbunyi sebagai berikut.

    c. Semoga cepat kau lupakan aku
    d. Semoga kau lupakan aku cepat

Bila dilihat, yang berbeda dari ujaran c dan d adalah posisi adjektiva cepat. Pada ujaran c, cepat diletakkan tepat setelah semoga, sementara itu pada ujaran d, adjektiva cepat berada di akhir ujaran. Dari sisi sintaksis, perbedaan hanya terletak pada posisi adjektiva saja, tanpa memengaruhi makna dari ujaran itu sendiri karena, makna dari kata-kata yang dirangkai tersebut masih memiliki bobot yang sama. Sementara itu, dari sisi pragmatis, perpindahan posisi tersebut membuat makna yang dikandung ujaran menjadi berbeda.

Ketika adjektiva cepat berada di posisi awal, adjektiva tersebut hanya memodifikasi kata semoga dan tidak memberi pengaruh apa pun ke keseluruhan ujaran. Tapi, ketika cepat berada di posisi akhir, hal itu memberi pengaruh ke keseluruhan ujaran. Dengan perpindahan tersebut, fokus pembicaraan menjadi berbeda.

Urutan Kata yang Berpindah Tanpa Disadari

Susunan kata wajar saja bila berubah-ubah. Sebab sebagai penutur bahasa, kita memiliki tendensi untuk meletakkan informasi yang kita anggap penting terlebih dulu (Kotschi, 2006: 677) dan kemudian baru diikuti informasi lainnya. Selain itu, kita sebagai penutur bahasa memiliki encyclopedic knowledge (Stockwell, 2006:8), artinya setiap individu memiliki daftar kosakata yang berbeda. Sebagai tambahan, Harimurti (1999) mengatakan bahwa perbedaan bentuk (dalam hal ini susunan atau struktur) selalu didasari oleh sebuah motivasi. Makannya, tata urut kata dalam sebuah ujaran sangat wajar untuk berubah-ubah.

Ketika berbahasa (menggunakan bahasa: bebricara, menulis, berpikir, dll), sering kali kita sebagai penutur bahasa tidak menyadari prosesnya. Misalnya, proses menyusun kata yang kita gunakan ataupun proses penempatan informasi "penting" dan "tidak penting". Kedua proses tersebut dilakukan secara alami. Sebab, berbahasa memang sebuah tindakan yang alami, terutama jika kita berbicara menggunakan bahasa ibu kita. Misalnya, orang Indonesia berbicara menggunakan bahasa Indonesia, maka itu artinya dia sedang berbicara menggunakan bahasa ibunya. Dan dengan demikian, mungkin saja pemilihan kata serta susunannya dipilih tanpa disadari. Tapi, ketika menggunakan bahasa asing (misalnya bahasa Inggris), maka proses tersebut akan berbeda. 

Situasi di atas dapat dijelaskan dalam dua perspektif: pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa.

Proses pemerolehan bahasa telah dimulai sejak bayi. Perbedaan itu dapat dijelaskan dengan pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. telah dimulai sejak bayi. Proses ini dimulai dari interaksi yang terjadi antara caregiver (biasanya orang tua) dan si bayi. Dari interaksi ini, si bayi akan menyerap bahasa yang digunakan dan dari sinilah kemampuan bahasa berkembang. Tahap pemerolehan bahasa biasanya diawali dengan babbling. Seiring bertambahnya usia, maka kemampuan juga akan terus berkembang; mulai dari pembentukan satu kata, dua kata, multi-words hingga pada akhirnya dapat membuat kalimat secara utuh. Proses ini merupakan proses yang alami, tanpa adanya "kesengajaan" (seperti ketika belajar di tempat les, dll).

Sebaliknya, pembelajaran bahasa merupakan proses belajar yang dilakukan secara disadari. Misalnya, ketika kamu pergi sekolah ke luar negeri, kamu perlu menguasai bahasa di tempat tujuan kamu sekolah dan untuk itu kamu perlu les. Itu yang disebut dengan pembelajaran. Jadi, secara sederhana, perbedaan antara pemerolehan dan pembelajaran terletak pada prosesnya: alami dan disadari.


Tulisan ini tercipta karena dipicu atas lirik lagu "Monokrom" dari Tulus dan lagu "Sephia" dari Sheila on & 7. Jadi, mari bernyanyi-nyanyi lagi.


Comments

Popular Posts