Mari Kembalikan Nafsu Membaca Fiksi: Bermain Imajinasi pada Situasi Seperti Ini

Dengan adanya saran untuk social distancing, rasanya ini waktu yang paling tepat untuk mengembalikan nafsu membaca buku yang sempat menghilang. 

Daya tarik dari gawai dan internet saat ini sudah semakin bikin nagih. Hal-hal visual sudah semakin merasuk, sampai buku yang sebagian besarnya berupa tulisan, menjadi tidak menarik lagi. 

Sejak beberapa waktu lalu, mulai mengingat-ingat bagaimana dulu nafsu membaca buku rasanya nggak hilang-hilang. Ada satu masa dalam satu bulan bisa membaca hingga tiga buku (bagi saya sudah termasuk banyak). Selesai satu buku, langsung menuju buku lainnya, begitu seterusnya. Hampir pasti buku yang dibaca berupa novel, dan itu makin buat penasaran karena novel merupakan rangkaian yang cukup panjang. Bagaimana bisa mempertahankan rasa penasaran itu hingga akhir? 

Anyway, ini adalah tiga buku yang sedang dan rencana akan dibaca dalam waktu dekat. Dua di antaranya merupakan novel berbahasa Inggris, dan satu terakhir merupakan karya dari penulis ternama Indonesia. 


- THE GOLDFINCH oleh DONNA TARTT 
Sebenarnya sudah membeli novel dari cukup lama, mungkin tahun 2017. Tapi, baru dua minggu lalu mulai membuka plastiknya dan membaca. Dari 962 halaman, baru sampai pada halaman ke-89. 



Ini satu buku yang saya targetkan harus selesai. Kenapa menargetkan diri seperti itu? Sejujurnya, saya malu terhadap diri sendiri karena mungkin setahun belakangan belum ada novel yang berhasil saya selesaikan. Mungkin hanya kumpulan esai dan cerpen, itu pun tidak selesai tuntas. 

Walau baru di halaman awal, ceritanya udah cukup seru. Intens. Pendeskripsian atas keadaan sekitar dan perasaan si tokoh utama menjadi satu aspek yang cukup menonjol. Aspek ini yang justru membuat ceritanya hidup dan seru. Nggak membosankan. 

Salah saatu alasan kenapa waktu itu membeli novel ini, ya, karena ada label " Winner of the Pulitzer Prize" tahun 2014. Ingin juga rasanya bisa membaca novel yang masuk dalam kategori seperti itu. Novel ini sebenarnya sudah dialih-wahana menjadi film tahun 2019 lalu. Kayaknya, semakin menunjukkan bagaimana novel ini patut untuk dibaca.

- LOLITA oleh Vladimir Nabakov
Rasanya nggak perlu dijelaskan lagi bagaimana novel ini menjadi bacaan klasik bahkan di seluruh dunia. Buku ini menjadi target kedua untuk selesai dibaca. Alasannya tentu saja karena ingin merasakan pengalaman dari bacaan klasik ini. Buku ini juga sebenarnya sudah berada cukup lama di lemari buku. Tapi, baru sekarang keberanian untuk mulai membacanya datang. Belum bisa bicara banyak tentang buku ini, sebab memang belum mulai membacanya. 

Memang, kedua target di atas merupakan buku berbahasa Inggris. Ini merupakan langkah yang tidak sengaja sekaligus disengaja. Tidak sengaja karena menemukan kedua buku ini masih tersimpan terplastik di lemari buku. Dan disengaja karena ingin menambah referensi novel berbahasa Inggris. 




Selain itu, dengan novel berbahasa Inggris ini biasanya lebih sulit untuk menghabiskannya. Sebab, bahasa Inggris masih menjadi bahasa asing (belum menjadi bahasa kedua) sehingga terkadang sulit mendapatkan nuansa yang mengena dari bukunya. Karena itu pula kedua buku ini menjadi target utama novel yang harus selesai dibaca. 

Selain itu, masih berkaitan dengan unggahan sebelumnya, target "kecil" ini menjadi pengingat juga (untuk diri sendiri) bahwa target tidak melulu harus yang "besar". Target seperti ini, justru, lebih memiliki makna. Sebab, dari membaca buku banyak yang bisa didapatkan: pengetahuan baru, inspirasi kata, bahkan ide tulisan, perasaan yang sebelumnya nggak pernah tersentuh, dan banyak lainnya.

- SEPASANG SEPATU TUA oleh Sapardi Djoko Damono
Biasanya, SDD menulis puisi, tapi  buku ini merupakan kumpulan cerpen-nya. Sudah hampir selesai membaca ini, kira-kira tersisa lima cerpen dari 19 cerpen. Buku ini memang tidak terlalu tebal, masing-masing cerpennya tidak terlalu panjang. Mungkin sekitar tiga hingga empat halaman saja.




Seperti karakteristik SDD pada karya lainnya, nuansa yang didapatkan dari kumpulan cerpen ini terasa sendu. "Ketika Gerimis Jatuh" dan "Bingkisan Lebaran" menjadi salah dua cerpen yang cukup romantis. Tapi, dalam kumpulan cerpen ini rasa imajinatif juga kuat menyembul. Di beberapa cerpen-nya, benda-benda seperti rumah dan sepatu digambarkan hidup, berinteraksi satu sama lainnya ("Sepasang Sepatu Tua" dan "Rumah-Rumah").

Buku ini menjadi salah satu buku yang saya yakin pasti akan selesai dibaca. Sebab, selain berbahasa Indonesia, SDD menjadi salah satu penulis yang memang sudah sering saya baca bukunya. Jadi, lebih mudah memahami alur dan nuansa-nuansa yang dibangun.

--

Seperti yang sudah disinggung di awal tulisan, visual sudah begitu merasuk sehingga buku, terutama novel atau cerpen, yang 90%nya adalah tulisan terasa tidak menarik lagi. Kegiatan-kegiatan seperti ini rasanya sudah sering dianggap remeh-remeh, karena (dirasa) tidak "menghasilkan" apa-apa. 

Pada situasi seperti ini, arus informasi yang sangat deras serta kenyataan sulit yang harus dihadapi, rasanya membaca buku (dalam hal ini novel/cerpen, fiksi) menjadi satu-satunya alternatif bagi saya. Sebab, jika terus-menerus mengikuti informasi tentang virus baru ini, yang ada hanya menambah kepanikan dan ketidaktenangan. Selain itu, telepon genggam yang awalnya hanya digunakan sebagai alat penerus/pembantu kehidupan sehari-hari, sudah seperti terjangkit virus ini juga: banjir bandang berbagai pesan berantai di grup WhatsApp. 

Dengan membaca fiksi, saya kembali mengasah imajinasi yang sudah hampir tumpul karena selalu dihadapi dengan format pasti, seragam, setiap harinya. Dengan imajinasi yang terasah, mungkin saya akan menemukan strategi lain untuk dapat melewati masa-masa seperti ini. Atau bahkan saya dapat menciptakan karya baru lain yang sebelumnya tidak terpikir. 

Imajinasi, angan-angan, fantasi, rekaan, merupakan kata-kata yang belakangan seperti dihindari: karena kata-kata tersebut bersebrangan artinya dengan fakta. Fakta digilai karena dianggap lebih memberikan kepastian dan kebenaran. Sementara, imajinasi dikurangi karena dianggap hanya memberikan kepalsuan dan kebingungan. 

Entahlah. Yang pasti saya mau menyelesaikan ketiga buku di atas dulu.

Comments

Popular Posts