Cerita Awan Hari Ini








Belakangan ini, jalan kaki menjadi salah satu pilihan transportasi utama (setelah ojol, tentunya). Memang, jarak yang ditempuh dengan berjalan kaki ini bukan jarak yang jauh, tapi cukup untuk memandang perubahan awan setiap harinya.




Berjalan kaki sebenarnya kegiatan yang cukup menyenangkan. Bisa memerhatikan sekitar dengan lebih seksama, yang biasanya hanya terlewat begitu saja ketika menaiki kendaraan bermotor. Selain itu, mendengar suara desau angin secara langsung rupanya juga cukup menenangkan. Walaupun, tidak dapat dihindari juga bahwa udara sudah kental bercampur dengan debu dan polusi. Dengan berjalan kaki, bisa melihat jelas bagaimana perubahan bentuk awan dari detik ke detik. Membawa kesan tersendiri ketika pikiran sedang tidak kerasan.

Ketika siang, belum terlalu banyak bentuk awan yang terlihat. Atau mungkin saja sebenarnya sudah banyak gerombolan bentuk awan, tetapi mereka tertutup oleh silau matahari dan tertiup hembusan angin yang kuat. Tapi, justru awan pada siang hari inilah yang membawa energi positif ketika baru saja mau memulai hari. Entah apa yang ada di baliknya. Ketika sore menjelang, kerumunan awan mulai nyata terlihat. Bentuk awan seperti inilah yang membuat diri ini merasa bersyukur atas apa yang sudah dilewati di hari itu. Entah sendu, entah senang.

Beberapa waktu lalu, awan abu-abu sempat mendatangi. Tapi, awan itu sudah berubah menjadi pelangi. Kami sekarang berteman baik, bersama-sama memulai hari yang sempat kurang baik.



Bisa dikatakan, sekitar pukul 6 atau 6:30 sore adalah waktu kesukaan memandang awan. Ketika waktu tersebut tiba, awan bisa menjelma menjadi berbagai bentuk dan warna. Kadang ke-ungu-an, kadang ke-biru-an, kadang ke-merah-an. Apapun itu, selalu suka memandang perubahan awan, detik demi detik.

Saat ini, kesempatan untuk berada di luar ruangan memang cukup kecil. Entah karena memang tidak memungkinkan, atau kemungkinan kecil yang ada itu sengaja dihilangkan. Kaki menjadi ngilu karena jarang diajak melangkah. Imajinasi menjadi kaku karena terlalu sering bertabrakan dengan layar dan papan tik. Keinginan melihat awan-lah yang akhirnya membawa diri berada di luar ruangan. Walaupun, tentu saja jumlahnya tidak sebanyak waktu yang dihabiskan di dalam ruangan.

Kehadiran awan yang sederhana mungkin sering kali membuatnya terlupakan, karena fokus terutama diberikan kepada langit. Apalagi ketika senja tiba. Setidaknya, cerita ini bisa menjadi penyeimbang di antara ribuan cerita tentang senja.

Begitulah cerita awan hari ini.

Comments

Popular Posts