Pukul Berapa Sekarang?


12:58


Mataku membulat menembus kerumunan orang. Badanku menjulur, berusaha untuk melewati
orang-orang yang bersesakan. Aku janji bertemu dengan temanku di sini pukul 13.00. Sekarang
sudah pukul 12.58. Dua menit lagi seharusnya aku sedang bertemu temanku di sini. Tapi, aku
malah terus berjalan, meninggalkan titik temu bersama temanku, menerobos tubuh orang,
memotong arah.

Aku terdiam memandang orang-orang. Aku berdiri di tengah-tengah, tetapi terus saja orang-
orang menabrakku, tidak mengacuhkanku, seperti tidak melihat diriku. Aku bingung, kemudian
dengan sengaja aku bertanya kepada seseorang,"permisi, pukul berapa, ya, sekarang?"  

Tidak ada respon dari orang tersebut. Aku kira memang dia sedang tidak ingin diganggu. Aku berjalan lagi, kali ini dengan cukup bersusah payah agar aku bisa melewati kepala-kepala yang bertebaran. Aku bertanya lagi pada seseorang yang lain, "Permisi, pukul berapa, ya, sekarang?" 

Aku terus menunggu jawaban dari orang itu. 

Bahkan, mataku sampai menemui matanya agar ia segera membalas
pertanyaanku. Tapi, hanya sedetik mataku bertemu dengan matanya, kemudian ia langsung
berjalan, melewati lenganku begitu saja. Aku benar-benar harus tahu pukul berapa sekarang ini.
Apakah aku sudah menghabiskan dua menitku? Aku harus kembali ke titik tempat bertemu
dengan temanku.

Apakah aku masih memiliki waktu lebih? Aku harus tahu.

Aku terus berusaha menembus kerumunan orang, untuk kembali ke titik temu. Aku terus
betabrakkan dengan orang-orang yang juga semakin membabi buta menabrak tubuhku. Kepalaku
bahkan terbentur dengan benda yang dibawa seseorang di atas pundaknya. Mataku memejam
karena terkejut dan menahan sakit. Saat aku membuka mataku, sambil terus tanganku
memegang kepala, tiba-tiba semua menjadi kabur. Orang-orang yang tadinya berlalu-lalang,
sesak seperti lalat, kini pelan-pelan memudar. Sekelilingku semakin tidak terlihat, tapi aku masih
saja ditabrak. Apakah yang menabrakku adalah orang? Entahlah. Aku semakin
bingung. Kuhampiri seseorang yang masih bisa kulihat, aku tanyakan kembali dengan agak
terburu-buru, "Permisi, pukul berapa seka..."

Belum sempat aku selesaikan pertanyaan, orang tersebut sudah menghilang. 
Aku harus kembali ke titik temu tadi. Aku harus bisa menemukan titik itu.


Tiba-tiba aku seperti mencium parfum temanku. Aku menoleh, bukan sosok temanku ternyata.
Aku berusaha mengikuti bau itu. Berjalan terus, terus, tanpa mempedulikan orang-orang yang
terus kutabrak. Pandanganku semakin kabur, entah pandanganku atau orang-orang yang semakin hilang.

Entah mengapa, perasaanku mengatakan sudah dekat dengan titik temu yang sudah kujanjikan.
Aku pun menjulurkan tangan, seperti orang buta, untuk menyentuh temanku yang mungkin
sudah menunggu di situ. Aku berjalan ke depan, perlahan, dengan terus menjulurkan tangan.
Tiba-tiba aku tersandung, dan jatuh. Lutuku ngilu, tetapi aku tidak peduli.
Yang aku pedulikan adalah asap yang menyelimuti ini.
Ternyata, bukan orang-orang yang semakin hilang, bukan juga penglihatanku yang semakin kabur,
asap inilah penyebabnya. 

Dadaku sesak, hingga membuatku batuk-batuk. Aku berusaha bangun, tetapi tubuhku terus
ditabrak orang-orang yang ternyata masih seperti lalat. Aku terduduk sambil memegang lutut
yang masih juga ngilu.

Tiba-tiba aku mendengar suara, "Permisi, apa Anda melihat seseorang dengan tinggi..."

 Itu suara temanku! Aku segera berdiri, tidak memedulikan kepala dan badanku yang masih juga terbentur dengan badan-badan orang lain.

"Hei! Hei! Aku di sini, aku sudah menunggumu dari tadi!" Tapi aku tidak bisa melihat
temanku itu. Aku terus mencari, di mana temanku itu? Asap ini sangat menyulitkanku. Aku tidak bisa mengeluarkan suara yang lebih keras lagi. Dadaku sesak. Aku ingin teriak minta tolong, kutarik napas dalam-dalam, tetapi malah aku seperti menelan plastik yang tidak bisa aku telan. Dadaku sakit. Asap apa ini sebenarnya?

Mataku menyipit, perih. Aku semakin bingung, apakah orang-orang
ini tidak merasakan seperti yang kurasakan?

Asap ini.. Salah siapa ini?

Comments

Popular Posts