Pikiran Dapat Membunuhmu Sehingga Menimbulkan Dahaga yang Menganga

Pada akhirnya, tidak ada yang akan terima jika seorang anak membenci orang tua-nya sendiri, bukan?

"Tolol"

Belakangan ini, kata itulah yang sering aku dengar. Selain, "setan" tentunya. Apakah arti dari dua kata tersebut? Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku hanya sering dengar dua kata itu diucapkan ibu saat menyuruhku mengerjakan sesuatu. 

"Kau harus menghormati orang tuamu. Jika tidak, dosamu besar. Masuk neraka!"

Tapi mungkinkah jika orang tua yang tidak menghormati anaknya akan masuk neraka?  Ah, tidak mungkin. Semua orang tua itu baik, dan rela melakukan apa saja bagi anaknya. Atas dasar apa anak tidak menghormati orang tua-nya? 

Mungkinkah malah orang tua yang berdosa besar dan masuk neraka?

"Perbaiki sikapmu! Aku sedang berbicara denganmu, kamu malah membuat muka-muka yang tidak enak tersebut? Aku ini ibumu! Aku sedang memberitahumu sesuatu yang benar. Jangan tak kamu hiraukan. Kamu pikir tingkahmu tidak membuat aku pusing? Sudahlah, percuma bicara panjang lebar denganmu yang memiliki pikiran sendiri. Sudah sana!"


Mukaku memang jelek. Mulutku memang monyong. Apalagi mataku. Bahkan, ibu selalu ingin mencolok mataku, "matamu itu, ingin kucolok, rasanya!". 

"Memang, perempuan dan laki-laki itu berbeda. Kakakmu itu, laki-laki, tidak apalah pulang agak larut. Mungkin ia sedang mencari peruntungan lain. Tapi, kamu ini perempuan. Apa kata orang lain melihatmu baru pulang pukul 12 malam? Lagi pula, apa yang kamu lakukan hingga larut malam seperti itu. Tidak salah jika orang-orang itu menerka-nerka bahwa kamu ini telah berulah tidak benar dengan teman-teman berundalmu yang bertato dan bercelana robek itu. Halah, kini kamu diam saja. Dasar!"

-
Aku berjalan tidak henti. Padahal kakiku sudah mulai menghitam tertimpa kotornya debu jalanan. Pandanganku lurus ke depan, tidak peduli pandangan orang lain yang sinis melihatku. Badanku terlempar ke sana-ke mari. Menabrak tubuh-tubuh orang yang dengan sengaja dan tidak sengaja kutubruk. Aku tidak peduli dengan keringat yang masuk ke mataku. Tidak peduli dengan rasa perih yang menghampiri. Aku harus terus berjalan.

Agar tidak ada lagi luka yang menghampiri.

Agar tidak ada lagi yang tersakiti.

Agar tidak ada lagi pikiran yang menghantui.

Agar tidak ada lagi sosok ibu yang hanya hidup dalam pikiran sendiri.

Agar tidak ada lagi pikiran mengenai sosok ibu yang sebenarnya tidak pernah ada.

Karena pikiran dapat membunuh dirimu sendiri.

Karena suara dalam kepalamu dapat menghadirkan luka menganga,
tanpa bisa menghapus dahaga yang tercipta karena pikiranmu sendiri.






Comments

  1. Just imagine that ur mum is simply stupid. Very stupid. Or crazy. She doesnt know how to deal a daughter, she doesnt know how to tell her good deeds, or bad deeds. She doesnt know what shes talking about. That should make you feel sorry for her instead of angry. Dont hate her, she just doesnt know things... Crazy people are innocent, crazy people are not responsible. In that way, she cant hurt you.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts