Gajah

Setidaknya, mungkin seharusnya, percaya merupakan salah satu pemberian yang indah sekaligus menyeramkan. Tidak ada yang bisa mengatakan, percaya merupakan keharusan, percaya merupakan syarat mutlak, percaya merupakan harta, semua terjadi begitu saja tanpa adanya garis-garis pengatur yang terlihat jelas.

Bila sudah memutuskan berteman, maka percaya merupakan salah satu unsur yang membangun pertemanan. Seperti itu kira-kira percaya berjalan.

Namun, mungkin juga tidak. Setiap perasaan memiliki rasanya sendiri.

Mungkin perasaan yang kini ada tidak lagi seperti itu. Menyebabkan rasa yang dihasilkan pun sangat jauh berbeda. Perasaan itu sendiri mungkin saja tidak menyetujui rasanya sendiri. Namun, 'kini' menuntut lain, sehingga tidak ada yang bisa dilakukan, selain membiarkannya.

Mungkin kecewa merupakan salah satu akibatnya.

Namun, siapa yang tidak merasakan kecewa?

Punya 70 tahun, kira-kira, untuk bisa merasakan itu semua. Memang tidak semua rasa dapat dirasakan. Mungkin, bisa terlihat tetapi tidak terasa. Mungkin juga terasa tapi tidak terlihat. Ada yang bisa melompat, ada yang tidak bisa berenang. Setiap rasa, memiliki rasanya masing-masing. Bahkan rasa itu sendiri.

Rasa yang timbul pun kadang tidak bisa diatur. Bisa saja, orang besar malahan takut dengan yang kecil. Semut kecil, misalnya. Itu tadi, yang dinamakan 'setiap rasa memiliki rasanya masing-masing'.

Mungkin dulu belum mengerti bagaimana bisa rasa itu ada. Mungkin juga, belum sadar bahwa rasa itu telah ada. Tidak ada yang harus disesalkan atau diulang. Hanya ada, disadarkan dan disyukuri, bahwa dengan otak yang pintar, otak paling pintar dan cerdas di antara makhluk hidup yang ada, kita bisa mengerti bahwa rasa itu, apa pun, terjadi karena suatu hal, atau bahkan tanpa alasan.

Dengan otak yang cerdas, pintar, tentu tidak perlu merasa kecewa adalah hal yang akan selalu bersemayam di dalam hari. Ingat ada pula gajah yang tidak bisa melompat, tapi ia tidak kehilangan keseimbangan karena ada kawanan dan tentu saja betina yang setia menemaninya.

Percaya bahwa kawanan-nya selalu ada untuk dia, mendoakan-nya bahkan saat ia tidak tahu.



Catatan:
Tulisan ini terinspirasi dari lagu Tulus - "Gajah" dari album Gajah (2014). Terima kasih Tulus telah mengingatkan bahwa percaya berhak ada dan berhak mengisi setiap udara. Tanpa peduli ada udara kotor yang menutup. Terima kasih Tulus, telah menyadarkan bahwa teman (bahkan bukan hanya teman) memang ada di sekeliling. Terima kasih Tulus, telah meyakinkan bahwa percaya masih ada. Dan, terima kasih Tulus telah membuat saya percaya.

Ditulis dengan tulus.

Penampilan Tulus di "Ramadhan Jazz Festival 2014"


Comments

Popular Posts